Banda Aceh, Tribunnanggroe.com – Potensi Perikanan yang sangat memungkinkan sebagai ladang pertumbuhan perekonomian masyarakat Aceh yang berada di pesisir laut Utara dan Timur hingga pantai Barat-Selatan Aceh
Provinsi Aceh yang merupakan bagian paling ujung bermulanya negara kesatuan Indonesia, yang kedudukannya perairan samudera yang dikelilingi lautan dengan potensi beragam kekayaan, provinsi yang memiliki 23 kabupaten/kota, dan 18 kabupaten/kota diantaranya berada di pesisir pantai samudera Hindia salah-satunya Kabupaten Aceh Jaya.
Kabupaten yang sedang dipimpin oleh penjabat Bupati Dr Nurdin, yang salah seorang putra barat selatan terbaik dikancah Nasional, tak tanggung-tanggung dirinya melihat kawasan ini cukup potensial untuk dijadikan tempat budidaya perikanan yang menjanjikan perekonomian bagi masyarakat nya.
Target tersebut, disampaikan Pj Bupati Aceh Jaya, saat dalam melakukan pertemuan dengan para pimpinan daerah yang berada di kawasan Pantai Barat Selatan Aceh, seketika dirinya juga berkunjung di perikanan Tiram Jumbo milik seorang Eks Kombatan GAM di Aceh Besar, Minggu (18/09).
Penggagas Budidaya Tiram Metode Sederhana (BTMS) itu diketahui bernama Syardani M.Syarif yang akrab disapa oleh para kalangannya Teungku Jamaika, sejak beberapa tahun silam dirinya menggeluti usaha tersebut.
“Saya agak kaget melihat Tiram Jumbo. Biasanya kita liat tiram kecil-kecil, tapi tiram jumbo ini satu biji bisa mencapai berat satu setengah kilo sampai 2 kilogram. Kata Tgk Jamaika, setiap satu biji tiram ini harganya 2000 yen (setara 260.000 rupiah),” pungkas PJ Bupati Aceh Jaya itu.
Bagaimana tidak, lanjutnya, Jenis seafood yang satu ini, bagi masyarakat dunia, ini makanan mewah, permintaan pasarnya sangat tinggi, sejauh informasi yang kami dapat, tiram-tiram jumbo itu adanya cuma di Aceh pada saat ini seiring perkembangbiakan sampai ke perairan lain di Indonesia.
“Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Jaya sudah punya program budidaya kepiting bakau, sangat bagus jika digabungkan dengan budidaya tiram jumbo ini, tiram super akan melengkapi jenis barang-barang eskpor unggulan hasil laut dan perikanan Aceh Jaya,” sebut Dr Nurdin.
Sementara, sebut pengusaha Tiram Jumbo Budidaya itu, Teungku Jamaika, mengatakan. Selama ini warga hanya mengambil tiram secara tradisional di pesisir pantai, tanpa ada upaya budidaya. Sehingga, kata Teungku Jamaica, tiram yang masih kecil atau bayi pun diambil, sehingga nilai jual rendah.
Padahal bila di budidaya, sebutnya, tiram yang usia kecil antara 2-3 bulan dapat dipanen setelah usia 6 bulan. Tentunya nilai jual pun semakin menjanjikan dan bahkan bisa menjadi komoditi ekspor.
“Jika dikelola secara profesional yakni budidaya tiram secara modern, maka tiram akan dapat dijadikan sebagai sumber ekonomi baru yang besar bagi masyarakat Aceh terutama warga pesisir laut,” jelasnya.
Menurutnya, bila dikelola secara modern dengan sentuhan teknologi sederhana. Hasilnya tidak hanya bisa diperjual belikan kebutuhan domestik, tetapi juga bisa dipasarkan hingga keluar negeri.
Tambahnya lagi, untuk dapat mencapai tahap ekspor apapun produk haruslah dapat memenuhi tiga syarat minimal, yaitu:
Pertama kualitas, ketersediaan ukuran dan kualitas produk sesuai yang diinginkan pembeli.
Kedua kuantitas, ketersediaan jumlah produk sesuai yang diinginkan pembeli, berapapun jumlah diminta tersedia barangnya dan
Ketiga kontinyu, keberlangsungan produksi, kapanpun diminta selalu tersedia barangnya.
“Nah, jika tiram sudah diproduksi secara modern dan massive di Aceh, tentu hasilnya akan sangat memungkinan untuk diekspor hingga ke pasar Internasional,” imbuhnya.
Selanjutnya, Ia pun mengajak semua pihak untuk dapat melakukan budidaya tiram yang lahannya tersebar di perairan pesisir pantai kabupaten/kota di Aceh. Begitu juga ia mendukung program pemerintah Aceh Jaya bersama Tokoh Penjabat Daerah Pantai Barat Selatan Aceh, untuk budidaya tiram sebagai ladang pendapatan dan pertumbuhan Ekonomi Hijau di Kawasan itu.[***]