Calang, Tribunnanggroe.com – Kondisi Terkini Bendungan Irigasi Teknis Pucok Panga Kecamatan Panga Kabupaten Aceh Jaya yang di bangun pada tahun 1991 yang mengaliri 450 hektare lahan pertanian dari 11 Gampong yang pendapatannya sebagai petani padi.
Amatan media, Senin (24/10/2022), Bendungan irigasi itu sejak sekian lamanya tidak ada pemeliharaan normalisasi disekitar bendungan yang sudah dipenuhi tumpukan sampah sisa banjir dan kondisi saluran sepanjang pengairan mengalami kerusakan dan bocor, sehingga petani menjadi rebutan air dikala musim tanam tiba.
Selain kebutuhan pengairan kebutuhan pertanian aliran irigasi itu juga menyimpan pandangan yang menarik pada saat ini untuk dibahas, suatu ketika dikala hari libur di kawasan irigasi tersebut, adanya ikan Nila/Mujair yang bias dilihat dengan kasat mata dalam saluran pengairan itu, sehingga para penikmat mancing Ikan Berjenis Nila/Mujair dapat memancing dengan mudah di lokasi itu.
Kini para warga dan anak-anak apalagi di hari Minggu beramai-ramai datang ke lokasi yang mengairi sepajang saluran irigasi tersebut untuk memancing ikan dan mandi.
Salah satu pengunjung kepada media ini mengatakan, Dulu pengairan irigasi itu ramai dikunjungi oleh kaula muda dihari libur untuk mandi dan berenang bersama, apalagi dulunya jaringan irigasi itu banyak dihuni udang batu dan ikan-ikan kecil, sekarang sudah Jenis ikan besar seperti Nila/Mujair.
“Dulu dalam saluran ini hanya terdapat udang dan ikan ikan kecil saja, sekarang sudah ada jenis ikan Nila/mujair yang bias kita pancing,” ucap seorang warga yang sedang mancing dikawasan itu.
Sebutnya, Dulu di atas bendungan irigasi itu ada Kolam Benih ikan milik koperasi yang meluap akibat banjir/bencana mungkin ikan-ikan itu yang sekarang sudah beranak pinak di sungai hingga masuk saluran irigasi daerah itu.
Terpisah, Seorang petani padi dari kelompok pertanian Tuwi Kareung Panga Zul Lasmi mengatakan, Irigasi ini sudah menjadi keluhan para petani disetiap musim tanam tiba, dikarenakan kecukupan air yang dialiri dari bendungan Pucok Panga sudah tidak tercapai target lagi, sehingga sering terjadi rebutan air bahkan menjadi perdebatan di setiap pintu air yang mengairi 450 hektare sawah.
“Irigasi ini sudah bosan petani mengeluh, kurang ada tanggapan serius dari pemerintah memikirkan nasib para petani, maka hari saya mewakili petani yang lain Pemerintah yang Duduk di kabupaten itu untuk mencari solusi yang bai, mereka punya anggaran dan program, kami rakyat hanya berusaha dalam menunjang hidup dan performa para pemimpin,” pungkasnya terlihat kesal.[***]