Dukung Nelayan dan Lindungi Habitat Laut, Pemkab Aceh Jaya Turunkan BRIN

Tenaga Ahli Perekayasa dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bersama Nelayan Mencoba Alat Riset Penangkap Ikan di Kawasan Perikanan Lhok Rigaih Daerah Setempat, Sabtu (19/11).*

Calang, Tribunnanggroe.com – Penjabat (Pj) Bupati Aceh Jaya, Dr Nurdin meninjau langsung Riset alat penangkapan ikan ramah lingkungan yang dilakukan oleh Tenaga Ahli Perekayasa dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) perwakilan akademisi Politeknik Kelautan dan Perikanan (Poltek KP) di perairan Lhok Rigaih, Desa Lhok Timon, Kecamatan Setia Bakti Kabupaten setempat, Sabtu (19/11/2022).

Nurdin menyampaikan, Kabupaten Aceh Jaya selalu mengedepankan pengelolaan kelestarian alam yang berkelanjutan termasuk dalam aspek penangkapan ikan oleh para Nelayan.

Hal tersebut dilihat dari kesepakatan masyarakat Nelayan untuk tidak menangkap Hiu serta Pari anakan di kawasan zona inti perikanan Lhok Rigaih.

“Yang disepakati tersebut sebagai upaya perlindungan Hiu dan Pari yang hampir punah, terutama jenis habitat laut lindungi seperti Hiu martil perlu dilakukan pengawasan Ektra dan tidak boleh ditangkap demi keberlangsungan kelestarian stok ikan dimasa depan,” kata Dr Nurdin.

Pj Bupati menambahkan, dari kesepakatan pengelolaan yang akan dilaksanakan, diperlukan langkah tindak lanjut secara bertahap, salah satunya modifikasi atau pergantian alat tangkap dengan gillnet.

“Salah satu upaya ini mulai dilakukan dengan peralihan alat tangkap gillnet ke alat tangkap bubu ikan. Alat tangkap jenis bubu ini menargetkan beberapa jenis yang bernilai jual tinggi berupa ikan-ikan dasar yang menjadi komoditas ekspor,” ucapnya lagi.

Namun demikian, jelasnya, saat ini juga masih terdapat beberapa permasalahan dan memerlukan penyempurnaan alat tangkap Nelayan yang didukung oleh Kelompok Riset Kapasitas dan Perilaku Penangkapan Ikan, dari Pusat Riset Perikanan lewat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

“Peneliti yang mendukung riset ini dipandu oleh  Suparman Sasmita dan  Zainal Wassahua sebagai Tim ahli perekayasa alat tangkap ikan yang berpengalaman,” terang Nurdin.

“Para peneliti menyempurnakan rancang bangun dan teknik operasi penangkapan ikan dengan menggunakan prinsip-prinsip kearifan lokal dalam riset ini, seperti penggunaan daun pinang dan kayu-kayu sebagai atraktan penarik ikan,” Lanjutnya.

Selain itu, Dr Nurdin mengharapkan kepada nelayan agar mendapat manfaat ekonomi dari laut yang dikelola secara berkelanjutan. Namun tetap memiliki kemudahan dalam mendapatkan bahan yang digunakan untuk pembuatan bubu.

Sementara itu, Panglima Laot Lhok Rigaih, Jafar Idris mengungkapkan, proses pembelajaran ini sangat bermanfaat untuk nelayan dan mendapatkan kemudahan dalam menangkap ikan.

“Kehidupan Nelayan yang berat dan selalu bergantung dari rezeki laut menjadikan upaya penangkapan yang efektif sangat diperlukan,” tutur Jafar.

Namun demikian, para Nelayan dan Tim Ahli riset Perikanan kelautan masih terus melacak daerah penangkapan ikan yang potensial, agar penggunaan bubu dapat efektif dan memberikan nilai ekonomi yang maksimal bagi para masyarakat nelayan dimasa depan.[***]

Editor: Redaksi