Meulaboh, Tribunnanggroe.com – Sejumlah Mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, ramai-ramai datangi gedung Rektorat kampus untuk melakukan unjuk rasa pada, Jum’at (19/5/2023).
Adapun aksi yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut menanggapi berbagai persoalan yang sedang terjadi di kalangan mahasiswa Universitas Teuku Umar itu.
Desi Fitriani Koordinator Lapangan dalam Press Releasenya yang disampaikan kepada Tribunnanggroe.com, Jum’at (19/05) mengatakan “Aksi yang kami lakukan adalah bukti kekecewaan dan ketidakpuasan kami terhadap kinerja pimpinan dalam mengevaluasi serta mengontrol kinerja satgas PPKS UTU, yang seharusnya cepat dalam menangani kasus pelecehan dan kekerasan seksual. Namun setalah hampir Enam bulan dilantik kasus pelecehan seksual yang menimpa salah satu mahasiswi UTU tak kunjung tuntas .” Jelasnya.
Tak hanya itu, lanjut Desi, kami juga menuntut serta mendesak pimpinan untuk ungkap nama pelaku ketika pelaku telah memiliki status hukum serta mengubah peraturan dalam penjaringan Satgas PPKS.
“Tidak hanya untuk segera mengungkapkan nama pelaku, pada kesempatan ini juga kita menuntut agar pendaftaran satgas PPKS di kampus UTU tidak membatasi semester. Namun kembali lagi pada Permendikbud No. 30 tahun 2021 tentang pencegahan dan penanganan kekerasan seksual, yang tidak memakai batasan semester,” kata Desi.
Lanjutnya ia mengatakan, sangat dikecewakan ketika pimpinan tidak ada di kampus dan penjelasan dari pihak satgas PPKS pun tidak cukup menjawab persoalan-persoalan yang sedang kita suarakan, tegasnya.
Di kesempatan yang sama, seluruh pihak BEM Universitas Teuku Umar pun mengatakan, sampai dengan saat ini belum adanya kejelasan terkait keberlanjutan kasus tersebut, tidak menutup kemungkinan, ini juga bisa seperti fenomena gunung es, dimana yang terlihat hanyalah sedikit, dan yang tak terlihat atau terungkap justru lebih banyak.
“Melihat sikap dan tindakan kampus yang acuh tak acuh dalam menyelesaikan beberapa persoalan pelecehan seksual di kampus UTU, ditakutkan akan memperparah permasalahan kekerasan seksual di kampus, yang membuat korban takut untuk melapor.” tandasnya.
Amatan Media, Hingga saat ini mahasiswa mendirikan tenda di area kampus guna menunggu kepulangan pimpinan kampus untuk mendapatkan jawaban atas persoalan-persoalan yang tengah terjadi.*[GM]