Calang, Tribunnanggroe.com – Memperingati Hari Masyarakat Adat Sedunia atau International Day of the World’s Indigenous Peoples. Perayaan ini khusus dibuat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menandai tanggal sesi pengukuhan Kelompok Kerja Penduduk Asli sejak 1982 lalu.
Diketahui hingga saat ini, lebih dari 70 persen populasi dunia yang tinggal di daerah dengan ketimpangan pendapatan dan kekayaan. Termasuk masyarakat adat yang sudah menghadapi tingkat kemiskinan yang tinggi dan kerugian sosial-ekonomi yang akut.
Bagi masyarakat adat, kemiskinan dan ketidakadilan yang parah cenderung menimbulkan ketegangan dan konflik sosial yang intens. Inilah yang akhirnya membuat Hari Masyarakat Adat Sedunia digelar setiap tahunnya.
Sebagaimana di sampaikan Ketua Majelis Adat Aceh Kecamatan Panga, Sulaiman Ubit, dalam Agenda perayaan hari masyarakat adat dan Asyura di SMP Negeri 3 Panga, yang dilaksanakan Selasa (09/08/2022). untuk berpartisipasi dalam menjaga adat istiadat yang mulai hampir punah dikalangan masyarakat dan generasi penerus bangsa.
Lanjutnya, dengan hadirnya Hari Masyarakat Adat Sedunia, sebagaimana dicetuskan oleh PBB uang memulai agendanya dengan membuat kontrak sosial baru untuk memerangi warisan pengucilan dan marginalisasi yang mempengaruhi masyarakat adat.
“Untuk mengembalikan tradisi adat yang punah, maka perlu kita asah kembali kepada lingkungan generasi pendidik dan masyarakat adat di kabupaten Aceh Jaya. Karena Aceh ini tanah kerajaan (Lagee Kheun Hadih Maja) Adat Bak Po Teumeruhom, Qanun Bak Putro Phang, Hukom Bak Syiah Kuala, Reusam Bak Laksamana,” Kata Ketua MAA Kecamatan Panga.
Sementara, Kepala SMP Negeri 3 Panga, yang disampaikan oleh Wakil Kepala Sekolah Ridwan, Hari masyarakat adat sedunia diperingati di sekolah ini. Perayaan yang dikemas dengan berbagai kegiatan lomba tradisional, dan kreativitas siswa itu dengan penganugerahan Aktor film pendek festival Nasional berbahasa daerah yang menceritakan tentang Negeri 3 (tiga) Puteri dari Kreativitas Siswa sekolah tersebut.
Sebutnya, pihak sekolah juga menganugerahi berbagai penghargaan mulai dari pelantikan pengurus OSIS, penobatan ratu orientasi sekolah dan ratu kreatif. Kegiatan perlombaan tradisional patok lele dibuka langsung oleh Camat Kecamatan Panga Mawardi. Kegiatan yang ditutup pembagian hadiah dan menikmati sajian bubur Asyura yang disiapkan oleh Dewan Guru Sekolah tersebut.
“Kegiatan ini kami lakukan berdasarkan analisis sejarah yang cetus oleh PBB, masyarakat adat sering terpinggirkan dan menghadapi diskriminasi dalam sistem hukum negara, membuat mereka semakin rentan terhadap kekerasan dan pelecehan.” kata Ridwan
Tambahnya, Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok yang dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni, sehingga banyak orang cenderung menganggapnya sebagai warisan genetis.
“Karya Kreatif Siswa SMP Negeri 3 Panga, Banyak mengangkat kisah peradaban Masyarakat Adat mulai dari Kerajaan dan Penjajahan dimasa lampau, berbagai kreativitas ini sudah kita persentasi di tingkat Nasional, sudah masuk dalam Kemendikbud,” pungkasnya.[***]