Aceh Jaya, Tribunnanggroe.com – Dalam kehidupan pendalam ibukota kabupaten masih terdapat kelestarian seni dan budaya yang didik sederhana mungkin untuk generasi penerus kebudayaan Aceh, yang kini semakin marak di zaman tradisi modern, Budaya Adat Aceh hampir punah diperkotaan.
Itulah daya tarik penulis saat mendatangi sebuah kegiatan di suatu desa terpencil kawasan Kecamatan Panga Kabupaten Aceh Jaya.
Dalam sebuah rangkaian agenda kegiatan didesa tersebut terdapat seni-budaya pemulia jamee dengan tarian khas adat aceh (Tarian Ranup Lampu), uniknya pelakonnya anak-anak usia balita (6) tahun itu umur paling tua diantara mereka.
Hal tersebut tak tanggung-tanggung mendapat pujian dari Tokoh Nasional perwakilan kementerian sosial dibawah Ditjen Pemberdayaan Sosial yang disampaikan Direktur Pemberdayaan Kawasan Adat Terpencil (KAT) Muhammad Syafi’i Nasution.
“Kentalnya Seni Budaya dan Keagamaan di Aceh patut di ancung jempol, sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia menuliskan, Kerajaan Aceh merupakan suatu kawasan yang paling ditakuti oleh penjajah Belanda dikarenakan Adat dan Agamanya yang kuat,” Kata Syafi’i saat menyampaikan sambutannya dalam rangkaian peresmian rumah bantuan KAT di daerah itu.
Pujian itu tertangkap oleh penulis, hingga di suatu kesempatan penulis menjumpai guru tari yang mengajari Anak-anak balita diajang agenda tersebut, Nurma Wati yang merupakan pelatih tarian Jempa Aceh juga pengelolaan PAUD KB Al-Hidayah Gampong Glee Putoh,Panga, Aceh Jaya.
“Anak-anak itu saja kami ajarkan tarian dalam beberapa hari menjelang persiapan kegiatan hari itu, maklum saja pak masih tahap belajar, kita akan berupaya untuk mengajari mereka untuk bisa terampil di ajang kegiatan lainnya kelak,”ujar guru tari KB Al-Hidayah itu, pada hari kamis 31 Maret 2022 lalu.
Ia juga mengharapkan, kegigihan generasi bangsa sangat butuh dukungan pemerintah daerah maupun provinsi dalam melestarikan seni budaya Aceh yang ketal dimasyarakat pribumi.
“Apapun yang kita lakukan tanpa dukungan dari para pemerintah tidak ada hasilnya, karena kami guru pengajar dan guru ngaji di balai dalam kampung seperti ini, tidak ada modal sebagai pendukung untuk kelestarian adat, sangat kita mohon pemerintah lebih peduli terhadap adat istiadat dan keagamaan pada generasi Aceh Jaya kelak,”pungkasnya.[***]