Aceh Jaya, TribunNanggroe.com – Tradisi Tahunan Masyarakat Gampong Alue Abed Kecamatan Panga Kabupaten Aceh Jaya menggerakkan tradisi kenduri Adat Glee (hutan/kebun), tradisi itu diadakan masyarakat adat setempat sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT.
Provinsi Aceh yang merupakan daerah terujung Republik Indonesia memiliki ribuan hektare hutan adat, dan tradisi budaya juga adat istiadat yang berbeda-beda, salah satu dari budaya adat itu adalah kenduri hutan yang dilakoni oleh masyarakat adat.
Amatan TribunNanggroe.com. Kegiatan hari ini, Minggu (08/12/2023), berkesempatan mengikuti tradisi kenduri hutan yang dilaksanakan di salah satu gampong di pedalaman Kabupaten Aceh Jaya, acara ini dilaksanakan karena hutan yang berada dalam lokasi hutan industri dikelola untuk lahan pertanian dan perkebunan masyarakat setempat.
Lokasi prosesi kegiatan tersebut dilakukan ditengah kebun masyarakat gampong Alue Abed dengan jarak tempuh berjalan kaki ±30 menit (saat ini sudah bisa dijangkau roda empat) yang diikuti oleh ratusan warga yang mayoritas petani/pekebun berkumpul di sebuah tempat di bawah rerimbunan pohon durian.
Acara kenduri di buka oleh pemuka adat/Tengku Sagoe lebih dikenal pemuka agama yang dipandu dengan pembacaan doa dan di akhiri dengan makan bersama.
Kenduri hutan ini dilaksanakan sebagai bentuk syukur terhadap pencipta (Allah SWT) meminta ijin atau permisi kepada mahluk penghuni hutan yang telah terlebih dahulu berada di sana, baik yang kelihatan maupun tidak agar dalam proses perkebunan nantinya mereka tidak mengganggu dan menghalangi petani dalam bekerja.
Selain itu ini juga dimaksudkan untuk meminta perlindungan kepada Allah SWT agar meridhoi dan memberikan perlindungan serta keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan pertanian untuk memenuhi keperluan hidup para masyarakat petani.
Tradisi itu sudah sudah dilakoni sejak lama oleh tokoh masyarakat adat gampong Alue Abed disaat mulai menggarap hutan sebagai lahan perkebunan, yang kini lebih diingat sebagai tradisi kenduri bungong kayee oleh generasi baru warga adat setempat.[***]