Calang, Tribunnanggroe.com – Nasib pilu masyarakat miskin yang tiada tempat mereka adukan, Program pemerintah untuk mensejahterakan rakyat belum sampai kepada mereka yang benar-benar berhak memiliki karena tidak ada hubungan emosional.
Inilah yang dialami Muhammad Rasyid. Pria berusia 61 tahun asal gampong Panton Kabu Kecamatan Panga Kabupaten Aceh Jaya, yang numpang di tanah sawah milik desa. Saat ditanya awak media, Minggu (13/02/2022), dirinya terdiam tidak bisa mengutarakan nasib yang dialaminya, padahal sudah sejak tahun 1985 dirinya menetap di kabupaten itu, dengan kemandirian nya tidak pernah tersentuh bantuan pemerintah.
Kakek dua (2) orang cucu itu, yang sehari-hari hanya bertani sebagai kemampuan dasarnya dan tinggal seorang diri yang sebelumnya sekitar 10 tahun tinggal dirumah warga dan kini sudah sekitar 5 tahun menempati Gebuk Sawah di tanah milik desa setempat.
Dengan sorot mata menerawang, sambil ia mencabut rumput diseputar gebuk yang ditempatinya itu.
“Bagaimana harus dikatakan semua persoalan serba mahal, sementara aktivitas saya hanya bertani sederhana sesuai kemampuan saya, apalagi lapangan kerja serba sulit dan sekarang semuanya serba sulit,” ujar Bang Amad, Begitulah sebutan panggilan warga di sana.
Muhammad sehari-hari bekerja Petani padi sederhana dan deret karet milik desa itu. Kadang ia diminta oleh orang muat batu dan pasir. Semua pekerjaan yang dilakoninya sangat berisiko, tidak sebanding dengan penghasilan yang ia dapatkan.
Dikatakannya, Penghasilan hariannya yang tak menentu kadang lebih ada lebih didapatkan untuk membiayai satu anak gadisnya yang lagi mondok. Yang menjadi persoalan baginya kadang ia tidak mendapat penghasilan sama sekali ketika tidak ada yang meminta tenaganya.
“Beginilah kehidupan saya, penghasilan sehari-hari ya seperti ini, tapi saya harus terus berusaha untuk memenuhi anak saya satu lagi yang mondok dipesantren, yang satu anak saya sudah nikah dan memiliki dua orang anak. Beginilah rutin usaha saya, bertani padi dikala musim tanam tiba namun tanpa ada bantuan satu pupuk pun kecuali saya beli,” tuturnya.
Selanjutnya, kata Muhammad, beberapa bulan yang lalu dirinya pernah dikunjungi pihak petugas Baitul Mal dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), meminta keterangan tanah kepada dirinya, untuk syarat usulan rumah dhuafa, namun itupun belum tentu terpenuhi.
“Padum bulen yang kaa ulikoet Naa dijak awak kanto keunoe, dilake lokasi tanoh, hana ngeun kubloe tanoh jinoe mantoeng ku numpang bak tanoh desa, karena peng payah taa peusep-sep hana ngeun tabloe,” katanya dalam bahasa Aceh.
(Beberapa bulan yang lalu pernah didatangi pihak petugas kantor pemerintah, meminta lokasi tanah untuk diusulkan rumah, saya tidak memiliki uang untuk beli tanah karena pendapatan saya pas-pasan dan dicukupkan untuk kebutuhan anak juga).
seorang warga miskin itu seperti luput dari informasi dikarenakan tidak ada yang membuka ruang koordinasi dengan dirinya. kesabaran dan kesederhanaan yang dimiliki nya, mengharapkan program Gerbang Raja Sejati yang digemakan dikabupaten Aceh Jaya sampai kepada dirinya.[***]