Meulaboh, Tribunnanggroe.com – Dewan Pimpinan Daerah Sekretariat Bersama (SEKBER) Wartawan Indonesia (DPD SWI) Aceh Barat Gelar Pertemuan Bersama mitra kerja serta Coffe Morning dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang ke 77 dengan mengusung Tema “Bersama Menjaga Kemerdekaan Aceh Dengan Pikiran Yang Merdeka” Selasa, (16/8/2022)
DPD SWI Aceh Barat mengajak seluruh pihak untuk memupuk dan menjaga perdamaian Aceh yang sudah ditandatangani para pihak di Helsinki, Finlandia, 17 tahun silam. Hal ini tercurahkan dalam diskusi kemerdekaan yang dituangkan dalam kegiatan Coffe Morning dan Diskusi Merdeka bersama Unsur TNI, Kepolisian, LSM dan para tamu undangan yang berhadir di markas SWI Aceh Barat.
Ketua DPD SWI Aceh Barat Fitriadi, mengatakan bagaimana peran jurnalis serta unsur aparat keamanan dalam merawat dan menjaga perdamaian yang sudah tertuang dalam MoU helsenki 17 tahun lalu, harus terus dijaga selamanya untuk kehidupan masyarakat yang tenteram dan sejahtera.
“Hari ini, usia damai Aceh sudah 17 tahun. Tentunya harus terus dipupuk dan dirawat, salah satunya adalah dengan jaminan kesejahteraan seluruh masyarakat Aceh,” kata Fitriadi pada sambutannya, Selasa (16/8/2022).
Tambahnya, peringatan Hari Damai Aceh juga merupakan momentum penting untuk kita tunjukkan ke dunia bahwa situasi Aceh hari ini benar-benar damai dan kondusif akan terus terjaga selamanya dalam bingkai NKRI
Sementara Dandim 0105/Abar Letkol lnf Dimar Bahtera, S.Sos., M.A.P., sebagai Narasumber dalam diskusi publik tersebut mengajak untuk merubah mindset dan thinking out of the box.
“Sebagai anak bangsa harus bisa membuat langkah yang produktif dan kontruktif dalam peringatan 77 tahun hari kemerdekaan RI dan 17 tahun MoU Helsinki sebagai tonggak perdamaian. Isi mindset di era kemerdekaan dan berani berpikir out of the box yang menggambarkan cara pandang tanpa dibatasi batasan diri, tidak konvensional atau cara berpikir di luar dari yang umum (uncommon ways)”, papar Dandim
Analogi Dandim mempertegas, dalam menjaga perdamaian di Aceh harus bisa melahirkan pikiran merdeka. Artinya, berani berpikir berbeda secara bebas, tidak terikat aturan lama ataupun aturan lainnya.
Ditempat yang sama, Kapolres Aceh Barat Pandji Santoso, S.l.K., mengupas 3 komponen yang bisa menciptakan perdamaian yaitu individu, kelompok dan organisasi. Disamping harus bisa memahami bahwa konflik adalah masa lalu, perdamaian masa sekarang dan kemerdekaan sejatinya sebuah tujuan.
“Tiga unsur tersebut harus seiring dan sejalan sehingga bisa menjadi Pondasi dasar agar perdamaian tetap terjaga. Adapaun ancaman nyata saat ini adalah proxy war, disintegrasi bangsa dan ketahanan pangan secara global. Oleh sebab itu, mari Kita buat benteng kekuatan bersama guna menangkal ancaman – ancaman tersebut yang bermuara perdamaian tetap terpelihara”, pungkas Kapolres.*(GM)