TAPAKTUAN | NanggroeNews.com – Di tengah kesulitan rakyat, Bupati Aceh Selatan lahirkan program harapan baru bagi keluarga rentan berlangsung di Aula Pariwisata Tapaktuan pada Selasa pagi, 27 Mei 2025.
Tepat di 100 hari masa kepemimpinan Bupati Aceh Selatan H. Mirwan, M.S., meresmikan program Kartu Aceh Selatan Sejahtera (KASS) dalam skema bantuan sosial non-tunai yang ditujukan bagi warga kurang mampu, penyandang disabilitas, dan anak-anak berkebutuhan khusus.
Sebanyak 470 warga dari seluruh pelosok Aceh Selatan menjadi penerima manfaat pertama, sebuah awal kecil yang sarat makna besar.
“Ini bukan hanya soal angka atau seremonial,” ucap Bupati dalam pidatonya,
Lanjutnya, Ini tentang keadilan sosial. Tentang memastikan bahwa pembangunan benar-benar menyentuh yang paling membutuhkan.
KASS bukan sekadar program. Ini wujud nyata dari janji politik yang dibungkus dengan sistem modern dan prinsip inklusivitas.
Dirancang bersama Dinas Sosial Aceh Selatan, Bank Aceh Syariah Cabang Tapaktuan, dan tim validasi berbasis kriteria Tritunggal Aceh Selatan, program ini mengubah cara bantuan disalurkan dari tunai menjadi non-tunai, dari birokratis menjadi tepat sasaran.
Di antara Penerima bantuan, Fatimah, seorang ibu tunggal dari Kecamatan Samadua yang anaknya menderita kelumpuhan sejak kecil diantara 10 penerima manfaat yang menerima kartu secara simbolis langsung dari tangan Bupati.
“Saya tak pernah menyangka bisa berdiri di sini. Bantuan ini seperti angin segar,” ujarnya lirih, matanya berkaca-kaca.
Sementara, Kepala Dinas Sosial, Kusaifuddin, menegaskan program ini akan menjadi bagian dari peta besar perlindungan sosial daerah.
“Kami sedang membangun fondasi. Perlahan, kita ingin agar setiap kelompok rentan tahu bahwa mereka tidak sendiri,” katanya.
Acara peluncuran yang dihadiri unsur Forkopimda, kepala SKPK, hingga para pendamping sosial menunjukkan program KASS bukan program satu instansi, melainkan hasil sinergi. Dari eksekutif hingga segenap stakeholder.
Dalam suasana politik yang sering kali penuh janji, peluncuran KASS menjadi pengecualian. Ia menunjukkan bahwa kepemimpinan bisa bermakna ketika berpihak. Bahwa kekuasaan bisa menjadi alat keberpihakan, bukan sekadar kekuatan.
Dari Tapaktuan dapat kita belajar satu hal, perubahan besar kadang dimulai dari tangan-tangan yang tak terlihat – mereka yang menerima sedikit, tapi bermakna seluruhnya.*[][][]