NanggroeNews.com | Aceh memang kaya akan destinasi sejarah. Salah satu peninggalan penting yang masih bisa dijumpai hingga kini adalah Benteng Trumon yang terletak di Desa Keude Trumon, Kecamatan Trumon, Kabupaten Aceh Selatan.
Berdasarkan sejarah, Benteng ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang Kerajaan Trumon, yang eksis kejayaannya dari tahun 1780 hingga 1842. Tempat bersejarah yang satu ini menyimpan berbagai bukti sejarah yang dapat dikunjungi wisatawan, keberadaan benteng trumon itu hanya berjarak sekitar 92 km dari ibukota Kabupaten Aceh Selatan.
Struktur benteng berbentuk segi empat yang dilapisi dua tembok pengamanan. Tembok luar mengelilingi area seluas 51,5 meter persegi dengan tinggi sekitar 4 meter dan dikelilingi parit selebar 3 meter. Dinding bagian bawah setebal 10,85 meter, sementara bagian atas hanya 0,45 meter.
Di bagian dalam, bangunan berdimensi 40,65 meter x 40,65 meter dan tingginya mencapai 2 meter. Antara dinding luar dan dalam, terdapat ruang selebar hampir 2 meter yang digunakan untuk pertahanan.
Benteng ini memiliki dua gerbang. Pintu masuk utama berada di sisi barat, berbentuk lengkung khas dan dibangun dengan beton padat. Dindingnya terdiri dari lapisan bata merah dan tanah liat, diperkuat dengan pasir setebal 30 cm. Beberapa lubang kecil masih tampak pada struktur dinding, dulunya digunakan untuk meriam dan pengintai posisi musuh.
Bangunan ini bukan sekadar benteng militer. Pada masa kejayaannya, benteng Trumon juga menjadi pusat kegiatan adat dan ekonomi. Lokasinya yang hanya sekitar 100 meter dari garis pantai menjadikannya strategis sebagai pelabuhan dan pusat perdagangan. Kerajaan Trumon bahkan mencetak uang sendiri yang dikenal dengan nama Nagari Trumon, berupa koin emas dan perak yang digunakan untuk transaksi dengan para saudagar dari Arab dan Eropa.
Menurut penjaga situs, Muhammad Rais, di salah satu sudut benteng terdapat bangunan kecil yang dipercaya sebagai tempat percetakan uang tersebut. Tak heran jika dulu banyak pedagang asing berdatangan, sebab Trumon dikenal sebagai pemasok hasil bumi seperti lada dan cengkeh.
Kerajaan Trumon sendiri didirikan oleh Teuku Djakfar, lalu diteruskan oleh putranya Teuku Raja Bujang, dan kemudian dipimpin oleh cucunya Teuku Raja Batak (Fansurna Alamsyah), yang membangun benteng ini sebagai bagian dari sistem pertahanan kerajaan.
Benteng kerajaan Trumon yang sekarang menjadi peninggalan sejarah khususnya di wilayah Kabupaten Aceh Selatan memang sangat menarik apabila dikunjungi, baik bersama keluarga maupun dengan rekan sejawat yang ada.
Sejak berakhir pada pertengahan abad ke-19 benteng penuh sejarah ini terus dirawat dan dibersihkan oleh masyarakat setempat dan dikelola serta dijaga oleh pemerintah Kabupaten Aceh Selatan. Karena sebagai sebuah tempat bersejarah pemerintah Kabupaten selalu membantu dan merawat bukti-bukti fisik sejarah yang masih ada di daerahnya. Oleh karena itu, Pemkab Aceh Selatan sangat tidak memperbolehkan para wisatawan yang mencoba merusak situs-situs peninggalan sejarah demi kepentingan pribadi.
Bupati Aceh Selatan, Haji Mirwan SE, ke media ini, Sabtu (10/05), menyampaikan himbauannya kepada masyarakat daerah itu untuk selalu menjaga situs-situs peninggalan sejarah masa lalu dalam bentuk apapun.
“Karena dari masa lalu lah kita belajar untuk menata kehidupan di masa depan agar kejadian di masa lalu tidak pernah terulang kembali di masa yang akan datang. Sehingga kisah yang terukir dalam peninggalan sejarah ini tidak punah, mari kita menjaga bersama,” ajak Mirwan.
Benteng Trumon menjadi ikon kecamatan Trumon itu selalu menjadi kebanggaan masyarakat setempat khususnya dan masyarakat Kabupaten Aceh Selatan pada umumnya.
Benteng Trumon menjadi salah satu saksi bisu yang membuktikan kesedihan dan perihnya perjuangan masyarakat di daerah tersebut dalam melawan dan mengusir para penjajah dari tanah air.
Kini, meskipun sebagian bangunan telah rusak termakan usia, sisa kejayaan masa lalu masih bisa dinikmati. Pemandangan laut dari atas benteng pun memberikan pengalaman wisata sejarah yang tak terlupakan.*[][][]