Aceh Jaya, Tribunnanggroe.com – Prosesi Upacara Adat Peumeunap dan Seumeleung Radja dalam rangka memperingati hari berdirinya Kesultanan Negeri Daya Aceh Bandar Darussalam Ke 543 setiap Bulan Zulhijjah bertepatan Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah 2023 Masehi.
Motivasi kegiatan Seumeleung tersebut dilakukan oleh para pewaris kesultanan Aceh, dalam riwayat Raja dan Sultan Aceh dalam ultimatum yang disampaikan kepada kerajaan belanda supaya mencabut maklumat perang untuk kerajaan aceh darussalam yang pernah di kirimkan pada 26 Desember 1873.
Dalam ultimatum kerajaan Aceh itu, bila tidak di cabut maklumat perang belanda akan kami laporkan ke mahkamah penjara perang internasional. Penyataan itu dipertuan Agung Sultan Saifullah Alaidin Riayat Syah dari Kesultanan Daya Aceh Darussalam.
Pewaris kerajaan Negeri Daya, T. Saifullah Jum’at (01/07), menyampaikan, kegiatan Seumeleung yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya itu diikuti oleh pewaris radja di seluruh Aceh.
“Alhamdulillah, kegiatan hari ini Sukses terlaksana, dan sepakat keseluruhan para keturunan Raja di Aceh yang ikut selalu dalam memulai Adat Aceh,” tutur Teuku Saifullah.
Kegiatan, Peumeunap dan Seumeuleung berlangsung di Astaka Diraja Komplek Makam Sultan Alaiddin Riayatsyah atau lebih dikenal dengan Po Teumeurehom, berada Gampong Gle Jong, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya, dibesarkan dengan tanda kehormatan kerajaan oleh Sesepuh Adat, Tgk Mohammad Zubir dari Kesultanan Daya.
Selain dihadiri oleh para keturunan raja-raja Aceh Bandar Darussalam, juga dihadiri tamu kehormatan kegiatan pemangku adat Pj.Bupati Aceh Jaya Dr.Nurdin, S.Sos, M.Si., Sekda Aceh Jaya T.Reza Fahlevi, MM., Tokoh Adat dan Pemuka Agama serta sejumlah para kepala SKPK dalam Kabupaten Aceh Jaya.
Adapun pewaris keturunan Kesultanan Aceh hadir dalam acara Peumeunap dan Seumeuleueng tersebut, Pewaris Radja Tamiang, Radja Pereulak, Radja Samudra Pasai, Radja Pedir, Radja Jeumpa, Radja Lingge, Radja Seunagan, Radja Meulaboh.
Peumeunap sebutan bahasa lain dalam bahasa Aceh dengan kata peunap. Artinya menunggu. Jadi, peumeunap menunggu raja makan. Sedangkan Seumeulueng berasal dari kata suleueng atau suap yang artinya menyuapi.
Adat Seumeuleueng sendiri berasal dari kerajaan Daya ketika Poe Temereuhom diutus menjadi Sultan Kerajaan Aceh untuk mengatasi kemelut yang dihadapi oleh empat kerajaan kecil di Negeri Daya.
Dalam Riwayat, Sultan Alaiddin Riayatsyah tiba di Negeri Daya mengumpulkan keempat raja dan mendeklarasikan berdirinya Kerajaan Daya pada hari pertama Idul Adha. Sehingga Po Teumereuhom sendiri dijuluki sang sultan pemangku adat dalam kerajaan Aceh Bandar Darussalam.
Sebagaimana di riwayat dalam Nazam Aceh ; Adat bak Po Teumeureuhom, Hukom Bak Syiah Kuala, Qanun Bak Putro Phang, Reusam bak Laksamana.[***]