TRIBUNNANGGROE.COM – Kehidupan Masyarakat Adat Aceh terkenal dengan beragam kebudayaan dan adat istiadat, itulah yang dilakukan Masyarakat Tani Kecamatan Panga, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh Setiap Musim Tanam Tahunan akan dimulai.
Tradisi Adat Kenduri Blang di Aceh sebagai falsafah terkait dalam tradisi Islam diturun-turunkan dari zaman dahulu hingga di zaman modern saat ini, disebut “Keunduri Blang”.
Khanduri blang merupakan suatu tradisi masyarakat aceh yang diwarisi dari nenek moyang terdahulu kepada petani di aceh. Bermakna sebagai suatu bentuk syukuran disertai dengan prosesi doa bersama dilaksanakan oleh para petani pada setiap musim penanaman padi di mulai dan ketika padi mulai subur (pade dara) istilah petani Aceh.
Tradisi ini kerap dilakukan setiap tahunnya oleh para petani aceh dan ketua adat dengan mengharapkan keberkahan dari Allah SWT, agar sawah mereka terhindar dari hama, sejak proses penanaman hingga panen tiba.
Setiap tahunnya pada hari tertentu petani di kecamatan panga ini, sepakat sama-sama berkumpul dibalai kenduri blang yang diyakini tempat sakral untuk mendoakan dan berpendapat sepaham kapan turun tanam padi akan dimulai, dengan keinginan agar mendapatkan hasil panen memuaskan dan dapat terhindar dari serangan hama.
Dalam Kabupaten Aceh Jaya hanya kecamatan panga yang sangat melekat dengan Tradisi adat satu itu, Sebelum pelaksanaan kenduri blang, para ketua adat, para mukim dan forum keujruen blang daerah itu, menyembelih kerbau sebagai pertanda pembajak sawah, kemudian usai dimasak mengajak makanan bersama hingga ludes hidangan yang disajikan.
Amatan Media Tribunnanggroe.com, Kamis (22/06/2023) di lokasi kenduri blang hanya dipotong kerbau, kenapa tidak disembelih Sapi Jantan?. dan para pemuka adat bersama ulama mengadakan doa bersama untuk bermunajat kepada Allah SWT lewat surat-surat yasin yang dilantunkan. Kegiatan ini berlangsung sekitaran semangat hari dipadati oleh para petani dan generasi petani, biasanya di mulai sejak pagi jam 08.30 Wib hingga selesai.
Setelah doa bersama selesai kemudian teungku Sagoe (Ulama/Imam) akan mengumumkan kapan dimulai turun ke sawah untuk membajak dan menyemai benih hingga penanaman secara bersamaan, dengan tujuan untuk menghindari serangan hama sewaktu-waktu akan menyerang tanaman padi nantinya.
Bukan hanya itu saja, pada saat proses penanaman ketika padi mulai subur juga diadakan tradisi adat oleh para petani, sering disebut oleh petani “kenduri pade” dilaksanakan persis sama dengan Kenduri Blang, yang membedakannya ada istilah-istilah khusus ritual islam menyiprak air yang telah didoakan (Ie Yasi) sebutan para petani.
Setelah berdoa dan makan bersama selesai, selanjutnya para perempuan tani menyiapkan bunga-bunga dan jenis dedaunan, kemudian di letakkan di Ateung Blang (pinggiran sawah) masing masing. Saat proses ini di lakukan petani dilarang berbicara mengenai hal-hal takabur dan menyombongkan diri.
Prosesi kenduri pade ini dilakukan hingga tanaman padi mulai menuntut pertanda isi berat sudah mengisi setiap gabah menjadi beras, banyak istilah lain yang dilakukan a oleh para petani Aceh sebagai tanda syukur nikmat Allah SWT, dan mempercayai warisan leluhur mereka yang diturunkan ke anak cucunya.
Begitulah dua bentuk syukuran nyata dilakukan oleh para petani seperti kenduri blang dan kenduri pade, dan banyak lagi syukuran adat dilakukan oleh masyarakat adat Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Aceh, sebagaimana hasil investigasi yang dilakukan awak media ini, menemukan banyak masyarakat adat melakukan syukuran lain seperti Kenduri Apam (Keunduri Bungong Kayee), Kenduri Glee (Hutan) dan Kenduri Jeurat (Kenduri di Kuburan Umum).
Inilah seputar investigasi dan temuan kelaziman masyarakat adat di Aceh khususnya Aceh Jaya, tak lain bermacam tradisi adat itu, tujuannya sebagai penyambung tali silahturahmi antar masyarakat aceh dan ungkapan rasa syukur masyarakat aceh atas nikmat Allah SWT dan meminta pertolongan kepada yang kuasa agar tanaman padi dan harta mereka bebas dari serang hama dan mudarat.[***]