Tribunnanggroe.com – Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Aceh. Kabupaten ini berdiri pada tanggal 10 April 2002. Pada usianya yang ke-20 pada tahun ini, belum begitu banyak perkembangan pembangunan yang terasa dampak secara signifikan, khususnya pada tingkat perekonomian masyarakat. Hal ini sangat ironis jika dihadapkan dengan potensi yang dimiliki oleh kabupaten Aceh Jaya.
Pada tulisan ini, penulis akan mendeskripsikan, menganalisa dan merekomendasikan dalam upaya pemanfaatan potensi wilayah Aceh Jaya serta upaya solutif dalam pemecahan persoalan yang terdapat di wilayah Aceh Jaya. Tulisan ini disusun dengan pendekatan analisis deskriptif dan dibingkai dalam pembahasan tentang emas biru, emas hijau, emas coklat, infrastruktur dan sumber daya manusia.
Sumber Daya Laut/Perairan (Emas Biru/Blue Gold)
Perikanan, Kabupaten Aceh Jaya dalam pengelolaan potensi alam di bidang perikanan saat ini memiliki beberapa kelompok nelayan di tiap kecamatan. Kelompok nelayan tersebut dikoordinir oleh Panglima Laot di tiap kecamatan. Prasarana kapal yang digunakan baru berupa perahu nelayan tradisional dengan hasil tangkapan/produksi sangat tergantung kepada cuaca. Satuan dinas di pemerintahan kabupaten yang membidangi perikanan ini adalah Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) sebagai stakeholder.
Namun, dalam pelaksanaan aktivitas mata pencahariannya, kelompok nelayan belum berjalan optimal karena hasil yang diperoleh tetap tidak profesional dan belum mempengaruhi ekonomi keluarga secara signifikan. Selain itu juga, hasil tangkapan belum berpengaruh secara signifikan terhadap perekonomian kawasan/daerah termasuk penilaian terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten itu.
Guna meraih cita-cita tersebut perlu direkomendasikan beberapa upaya sebagai berikut:
- Pertama, pelatihan sumber daya manusia nelayan dengan pembekalan ketrampilan dengan metode yang lebih optimal.
- Kedua, penyuluhan dan pelatihan terbimbing dari DKP.
- Ketiga, peningkatan prasarana kapal nelayan modern yang dilengkapi dengan GPS (Global Positioning System) dan fishing tools yang canggih untuk dikelola oleh 1 kelompok nelayan secara manajemen tim.
Tambak/budidaya udang,kepiting.tiram dan perikanan lainnya di sepanjang pesisir pantai Aceh Barat Selatan, khususnya di wilayah Aceh Jaya terdapat beberapa tambak udang tradisional dan semi modern, budidaya tiram dan kepiting secara semi natural di kawasan mangrove dan karang, serta DKP juga merupakan stakeholder yang membidangi hal tersebut.
Saat ini, dalam hal pengoperasionalannya, tambak belum mampu menghasilkan secara masif baik untuk kebutuhan lokal, nasional maupun internasional karena belum ada target dari Pemkab dalam rangka peningkatan PAD dari sektor ini. Pengelolaan tambak masih bersifat pribadi dan swasta, belum ada campur tangan pemerintah dalam hal peningkatan kualitas dan kuantitas dari hulu sampai dengan ke hilir.
Berpedoman pada kondisi tersebut, maka perlu direkomendasikan beberapa upaya sebagai berikut, yaitu pertama: pelatihan tenaga pelatih dan penyuluh serta pendampingan terhadap masyarakat pengelola tambak. Kedua: Pemkab dalam hal ini bekerja sama dengan instansi terkait seperti Dinas Lingkungan Hidup(DLH) dan lainnya dalam mewujudkan peningkatan PAD dari sektor ini. Ketiga: pengawasan melekat dari seluruh stakeholder dalam hal pendampingan dari hulu sampai dengan ke hilir.
Mangrove,
Di bidang pengembangan budidaya dan pelestarian mangrove, di Aceh Jaya terdapat ekowisata mangrove yang berada di kecamatan Setia Bakti yang dikelola oleh Desa dan pernah mendapat bantuan dari Kementrian Kelautan Perikanan (KKP) pada tahun 2019 dan 2020. Kondisi terkini, pelestarian mangrove belum merata di sepanjang pesisir Aceh Jaya. Bidang ini juga merupakan sektor pembinaan dan tanggung jawab DKP sebagai stake holder.
Pelestarian mangrove belum bersifat massif dalam melindungi pesisir pantai terhadap ancaman abrasi dan gelombang tsunami. Pemkab dan stake holder masih banyak yang belum memahami nilai penting mangrove lainnya yaitu memiliki daya serap karbon untuk memperbaiki komposisi lapisan ozon yang rusak.
Dalam rangka meningkatkan pelestarian mangrove di Aceh Jaya, maka perlu dikembangkan pelestarian mangrove dan pembibitan secara massal dan massif di sepanjang daerah Kawasan sekitar pesisir pantai. Selanjutnya untuk pemanfaatan daya serap karbon sebagai salah satu upaya dalam peningkatan PAD Kabupaten.
Terumbu Karang, Aceh Jaya sebagai salah satu kabupaten yang berada di pesisir pantai Aceh Barat Selatan, memiliki beberapa terumbu karang di tiap kecamatan seperti Kec.Jaya, Indra Jaya, Sampoiniet, Darul Hikmah, Setia Bakti dan Krueng Sabee. Dalam hal ini perlu bimbingan dan arahan dari DKP dan DLH sebagai stake holder. Kondisi nyata saat ini dan terkini adalah bahwa di Aceh Jaya belum ada upaya pelestarian dari Pemkab terhadap terumbu karang.
Guna mewujudkan pelestarian dan konservasi terhadap terumbu karang maka diperlukan upaya Pemkab dalam pelestarian terumbu karang sebagai tempat biota laut dan habitat ikan laut. Tentunya sangat diperlukan campur tangan pemerintah dalam hal perlindungan dan pelestariannya. Di sisi lain, jika diberdayakan untuk pariwisata, maka akan dapat meningkatkan PAD Kabupaten.